Realiasi
Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Perdesaan (MPD) di Unit Pelaksana Kecamatan (UPK) Sape mencapai
Rp 8 miliar. Guliran dana SPP di UPK Sape untuk ke-11 kalinya dan cukup
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Ketua
UPK Sape, Fatimah Zulkarnain, mengatakan sejak bergulirnya program SPP dari
PNPM MPD memberi manfaat yang besar bagi masyarakat. Meski demikian masih perlu
adanya pembinaan dan dorongan pada kelompok usaha atau kegiatan ekonomi
masyarakat agar dapat tumbuh lebih baik.
Untuk
tahun 2011, kata Fatimah, dari guliran Rp 8 miliar, hingga 31 Desember
2011 terdapat tunggakan penegmbalian senilai Rp400 juta. Keterlambatan
pengembalian itu karena sejumlah faktor, salah satunya karena memasuki
masa transisi ekonomi, terutama kegiatan pertanian.
“Salah
satu alasan keterlambatan pengembalian karena mereka belum panen. Keuangan
masih dipusatkan untuk membeli obat-obatan dan pupuk tanaman,” ujarnya di
Kantor Fasilitator Kabupaten PNPM Mpd Bima, Selasa (6/3).
Faktor
lainnya, kata dia, karena saat ini daya beli masyarakat turun, sehingga
berpengaruh pada pengembalian. Selain itu ada yang ogah-ogahan mengembalikan
pinjaman tersebut.
Dana
SPP, kata dia, banyak dimanfaatkan oleh kelompok usaha seperti bakulan,
tenunan, kios dan usaha lainnya. Manfaat yang dirasakan kelompok usaha ini,
tidak hanya mempu mengembalikan pinjaman, namun berdampak pada pengembangan
usaha.
“Pertumbuhan
usaha kaum ibu cukup banyak. Perempuan bisa lihat peluang usaha atau kerja.
Banyak yang usaha di pasar didanai oleh SPP,” ujarnya.
Ada
yang menarik, kata dia, di Desa Kowo pengembalian SPP cukup bagus. Kegiatan
usaha masyarakat disana diantaranya mengayam tikar, pedagang bakulan, jual
ikan, dan lainnya. Pengembalian mereka mencapai 100 persen, sehingga pada
pencairan berikutnya diutamakan. “Ketika ada kelompok usaha yang
pengembaliannya tinggi akan diprioritaskan, bahkan ditawarkan dana lebih besar.
Tapi justru mereka kadang menolaknya dan meminjam dalam jumlah lebih kecil,”
ujarnya.
Kelompok
usaha Kowo, kata dia, kemungkinan mengukur kebutuhan mereka untuk
memodali usahanya. Meski kadang kelompok lain berharap mendapatkan alokasi yang
lebih besar.
Kelompok
usaha yang ada, kata dia, mendapat bimbingan dari pendamping. Keberadaan
pendamping untuk bisa memantau dan mengarahkan kelompok atau anggota kelompok
usaha. “Hanya saja kadang pendamping kurang optimal, karena ada yang masih
baru. Pendampig yang diharapkan bisa memotivai dan membimbing kelompok usaha,”
katanya.
Sebenarnya,
kata dia, peran pemerintah desa atau PKK di desa sangat diharakan untuk ikut
membantu memberi dorongan pada masyarakatnya. Bagaimana mengembangkan usaha dan
memanfaatkan modal dari SPP.
“Di
Desa seandainya kelompok PKK dan kades terlibat, maka bisa lebih optimal.
Selama ini diserahkan semuanya ke UPK. Peran PKK diharapkan bisa memotivasi
kelompok usaha, untuk ubah pola pikir dan pola hidup. Dari yang tidak berusaha
ke usaha. Dari hanya tahunya berhutang saja tanpa pengembalian, akhirnya bisa
mengembalikan tepat waktu,” ujarnya.
Dari
semua anggota kelompok yang merasakan manfaat SPP, kata dia, masih ada hanya
mau berhutang saja, tanpa ada motivasi mengembalikan. Meski demikian
untuk Sape sudah cukup menunjukkan perkembangan. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar